TIDAK banyak orang
menyadari bahwa bentuk-bentuk interaksi antarbudaya sesungguhnya secara
langsung atau tidak melibatkan sebuah komunikasi. Pentingnya komunikasi
antarbudaya mengharuskan semua orang untuk mengenal panorama dasar-dasar
komunikasi antarbudaya itu.
Dalam kenyataan sosial, manusia tidak dapat dikatakan berinteraksi sosial kalau dia tidak berkomunikasi. Dapat dikatakan pula bahwa interaksi antar-budaya yang efektif sangat tergantung dari komunikasi antarbudaya. Maka dari itu kita perlu tahu apa-apa yang menjadi unsur-unsur dalam terbentuknya proses komunikasi antarbudaya, yang antara lain adalah adanya komunikator yang berperan sebagai pemrakarsa komunikasi; komunikan sebagai pihak yang menerima pesan; pesan/simbol sebagai ungkapan pikiran, ide atau gagasan, perasaan yang dikirim komunikator kepada komunikan dalam bentuk simbol.
Komunikasi itu muncul, karena adanya
kontak, interaksi dan hubungan antar warga masyarakat yang berbeda
kebudayaannya. Sehingga "kebudayaan adalah komunikasi dan komunikasi
adalah kebudayaan, begitulah kata Edward T. Hall. Jadi sebenarnya tak
ada komunitas tanpa kebudayaan, tidak ada masyarakat tanpa pembagian
kerja, tanpa proses pengalihan atau transmisi minimum dari informasi.
Dengan kata lain, tidak ada komunitas, tidak ada masyarakat, dan tidak
ada kebudayaan tanpa komunikasi. Di sinilah pentingnya kita mengetahui
komunikasi antarbudaya itu.
Menurut Alo Liliweri (pakar komunikasi
antarbudaya) mengatakan bahwa sebagai bagian dari tuntutan glabalisasi
yang semakin tidak terkendali seperti saat ini, mendorong kepada kita
terjadinya sebuah interaksi lintas budaya, lintas kelompok, serta lintas
sektoral. Belum lagi perubahan-perubahan global lainnya yang semakin
deras dan menjadi bukti nyata bahwa semua orang harus mengerti karakter
komunikasi antarbudaya secara mendalam.
Lebih lanjut, Alo Liliweri menjelaskan
bahwa esensi komunikasi terletak pada proses, yakni sesuatu aktivitas
yang "melayani" hubungan antara pengirim dan penerima pesan melampaui
ruang dan waktu. Itulah sebabnya mengapa semua orang pertama-tama
tertarik mempelajari komunikasi manusia (human communication), sebuah
proses komunikasi yang melibatkan manusia kemarin, kini, dan mungkin di
masa yang akan datang.
Sedangkan budaya atau kebudayaan menurut
Burnett Taylor dalam karyanya yang berjudul Primitive Culture, adalah
keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, adat istiadat,
dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang dimiliki oleh manusia
sebagai anggota suatu masyarakat. Di samping mengetahui pengertian
kebudayaan kita juga harus mengetahui unsur-unsur kebudayaan manusia
yang antara lain adalah sejarah kebudayaan, identitas sosial, budaya
material, peranan relasi, kesenian, bahasa dan interaksi, stabilitas
kebudayaan, kepercayaan atas kebudayaan dan nilai, etnosentrisme,
perilaku non-verbal, hubungan antar ruang, konsep tentang waktu,
pengakuan dan ganjaran, pola pikir, dan aturan-aturan budaya.
Jadi yang dimaksud dengan komunikasi
antarbudaya ialah komunikasi antarpribadi yang dilakukan mereka yang
berbeda latarbelakang kebudayaan. Jadi, suatu proses kumunikasi
simbolik, interpretatif, transaksional, kontekstual yang dilakukan oleh
sejumlah orang (karena memiliki keragaman) memberikan interpretasi dan
harapan secara berbada terhadap apa yang disampaikan dalam bentuk
perilaku tertentu sebagai makna yang dipertukarkan.
Secara alamiah, proses komunikasi
antarbudaya berakar dari relasi antarbudaya yang menghendaki adanya
interaksi sosial. Menurut Jackson (1967), menekankan bahwa isi (content
of communication) komunikasi tidak berbeda dalam sebuah ruang yang
terisolasi. Isi (content) dan makna (meaning) esensial dalam bentuk
relasi (relations).
Salah satu perspektif komunikasi
antarbudaya menekankan bahwa tujuan komunikasi antarbudaya adalah
mengurangi tingkat ketidakpastian tentang orang lain. Tingkat
ketidakpastian itu akan berkurang manakala kita mampu meramalkan secara
tepat proses komunikasi. Karena itu, dalam kenyataan sosial disebutkan
bahwa manusia tidak dapat dikatakan berinteraksi sosial kalau dia tidak
berkomunikasi.
Demikian pula, dapat dikatakan bahwa
interaksi antarbudaya yang efektif sangat tergantung dari komunikasi
antarbudaya. Konsep ini sekaligus menerangkan bahwa tujuan komunikasi
antarbudaya akan tercapai (komunikasi yang sukses) bila bentuk-bentuk
hubungan antarbudaya menggambarkan upaya yang sadar dari peserta
komunikasi untuk memperbarui relasi antara komunikator dengan komunikan,
menciptakan dan memperbaharui sebuah manejemen komunikasi yang efektif,
lahirnya semangat kesetiakawanan, persahabatan, hingga kepada
berhasilnya pembagian teknologi, mengurangi konflik yang seluruhnya
merupakan bentuk dari komunikasi antarbudaya.
Karena itu, terjadinya kesenjangan dalam
masyarakat seringkali disebabkan oleh datangnya perubahan dari luar.
struktur sosial baru berdasarkan profesi dan fungsi yang lebih rasional
mengakibatkan perubahan relasi. Dalam kaitannya dengan komunikasi antar
budaya, perubahan-perubahan yang datang dari dalam maupun dari luar
sangat berpengaruh terhadap perubahan relasi antar budaya. Akibat
kontak, interaksi dan hibingan antar anggota masyarakat yang berbeda
kebudayaannya, muncullah komunikasi antarbudaya.
Dengan demikian, sebenarnya tidak ada
komunitas tanpa budaya, tidak ada masyarakat tanpa pembagian kerja,
tanpa proses pengalihan atau transmisi minimum dari informasi. Dengan
kata lain tidak ada komunitas, tidak ada masyarakat, dan tidak ada
kebudayaan tanpa adanya komunikasi. Disinilah pentingnya kita mengetahui
komunikasi antarbudaya. Semua fenomena itu, selain karena disebabkan
perubahan yang ada, juga karena kurangnya komunikasi. Akhirnya,
memerlukan sebuah komunikasi antarbudaya guna mengurangi kesalahpahaman
di antara sesama manusia.
|
Black Face
Selasa, 29 Mei 2012
Komunikasi Antarbudaya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar